Surabaya, 9 Oktober 2025 – Program Studi S2 Teknik Biomedis Universitas Airlangga menggelar kuliah umum bertajuk “Sensors for Biomedicine: Innovations in Healthcare Technology” bersama Prof. Dr.-Ing. Lazuardi, M.Si dari Universitas Riau. Acara ini membahas berbagai inovasi sensor medis yang menjadi kunci transformasi teknologi kesehatan modern.
Dalam paparannya, Prof. Lazuardi menjelaskan bahwa sensor biomedis berperan penting dalam deteksi, diagnosis, dan pemantauan kondisi pasien. “Sensor modern mampu mengubah sinyal biologis, kimia, atau fisik menjadi data listrik yang bisa diukur dan dianalisis secara real-time,” ujarnya.
Salah satu topik menarik adalah pengembangan biosensor berbasis graphene untuk mendeteksi biomarker kanker, serta sensor implan cerdas yang dapat memantau kondisi tulang dan jaringan tubuh secara nirkabel. Teknologi ini diharapkan dapat membantu pemulihan pasien pascaoperasi dan pengelolaan penyakit kronis seperti osteoporosis.
Selain itu, dibahas pula sensor rasa (taste sensor) yang meniru reseptor lidah manusia untuk mengevaluasi rasa obat. Sensor ini sangat berguna dalam pengembangan formulasi obat yang lebih diterima pasien anak dan lansia.
Pada bagian riset aplikatif, Prof. Lazuardi memaparkan hasil penelitian terkait biosensor untuk deteksi Hepatitis C menggunakan elektroda karbon cetak (Screen-Printed Carbon Electrode atau SPCE) yang dimodifikasi dengan material Metal Organic Framework (MOF) dan nanopartikel emas. Hasil pengujian menunjukkan peningkatan sensitivitas dalam mendeteksi antigen HCV.
Tak hanya itu, tim peneliti juga mengembangkan sensor deteksi logam berat kadmium berbasis nanokomposit Graphene/ZnO-PVA. Sensor ini berpotensi menjadi solusi monitoring lingkungan untuk mencegah paparan logam berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal, tulang, dan sistem reproduksi.
Menurut Prof. Lazuardi, integrasi material canggih seperti graphene, ZnO, dan MOF membuka peluang besar bagi pengembangan sensor yang lebih sensitif, cepat, dan biokompatibel. “Inovasi di bidang sensor biomedis bukan hanya untuk diagnosis penyakit, tetapi juga untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih cerdas dan personal,” tambahnya.
Kuliah umum ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta peneliti bidang fisika dan teknik biomedis. Acara ditutup dengan sesi diskusi interaktif mengenai prospek kolaborasi riset antara Universitas Airlangga dan Universitas Riau dalam pengembangan teknologi sensor kesehatan berbasis material nano.